Senin, 08 Agustus 2022

PII Wati Sebagai Agen Pemberdaya Perempuan OKU

 



ABSTRAK

 PII Wati sebagai Badan yang menjadi salah satu wajah yang memberdayakan kualitas dalam jiwa dan diri perempuan Indonesia, di Ogan Komering Ulu sendiri yang tidak lepas dengan keberadaan PII sebagai salah satu organisasi ikut serta menghadirkan PII Wati dalam langkah juuangnya mengkader umat di Bumi Sebimbing Sekundang. Setidaknya pernah Kabupaten ini membentuk Badan Otonom ( BO ) PII Wati sebagai sayap yang menunjang perjuangan PII OKU. Terhitung sekitar sepuluuh tahun Korps PII Wati melebarkan benderanya mengiringi berkibarnya bendera Pelajar Islam Indonesia di Ogan Komering Ulu.

 

PENDAHULUAN

 Tahun 1947 merupakan satu peristiwa bersejarah, dimana pada tahun ini bangkit sebuah organisasi yang memegangi jurang pertentangan antar dua kubu pelajar ( Pesantren dan Pelajar Umum).Pelajar Islam Indonesia, organisasi yang memiliki jembatan tujuan dalam mencapai Kesempurnaan Pendidikan dan Kebudayaan agar sesuai dengan Islam tersebut resmi berdiri di Yogyakarta, tanggal 4 Mei 1947.

 Kemudian di susul pada tanggal 31 Juli 1964, pada Muktamar ke10 di Malang, Jawa Timur, didirikan sebuah Badan Otonom untuk menyeimbangkan pemberdayaan Kader Wati yang memang saat itu mengalami krisis kader wati.Pergerakan PII Wati di Prioritaskan sebagai wadah pemberdayaan dan pembinaan Kader perempuan (PII Wati) yang pada umumnya memang memiliki waktu aktif yang lebih singkat.

 Semakin menyebarnya cabang PII, Koordinator PII Wati mengikuti penyebaran tersebut.Hingga mulai lahir Koordinator Wilayah di beberapa daerah serta Koordinator Daerah mengikuti untuk memberdayakan Kader Perempuan di kawasan Daerah. Ogan Komering Ulu juga merupakan bagian daerah yang pernah memiliki Koordinator Daerah PII Wati.  Sekitar paruh tahun 80an Korda ini di dirikan sebagai Penyelarasan pergerakan PII terutama di aspek keperempuanan.

METODE PENELITIAN

 Penelitian ini menggunakan Metode Kajian Pustaka,dimana pengkajian yang di maksudkan menggunakan tekhnik wawancara pada beberapa pihak terkait (Ketua Umum dan Ketua Koordinator Daerah PII Wati pada masanya ).

HASIL PENELITIAN

A. Hadirnya PII Wati Sebagai Wadah Pergerakan Perempuan Indonesia

 Perempuan atau anak cucu keturunan Hawa, sedari berabad abad lalu mengalami ketidak  adilan akan hak nya dalam menjalani kehidupan. Kalaupun kita membuka sejarah masa lalu, dapat di lihat bahwa adanya diskriminasi secara terang terangan, lebih mengarah pada penindasan martabat perempuan. Perempuan yang di anggap sebagai “barang” begitu membekas dalam perputaran zaman. Bagaimanapun juga pemikiran orang saat itu bahwasanya perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada laki laki.

 Hingga kemudian, Islam hadir menyempurnakan segala penyimpangan dan kesalahan pola piker umat manusia. Perempuan mendapatkan tempat istimeewanya dengan adanya Islam perempuan bisa mengangkat derajatnya dan meninggalkan keterpurukannya

 Namun, bagaimanapun juga pandangan perempuan lemah masih berlaku di berbagai pihak, Indonesia sendiri masih dapat di jumpai perilaku yang merendahkan atau bahkan menjuru pada pelecehan terhadap perempuan baik secara lisan, perlakuan fisik, maupun bentuk seksual. Contohnya saja, adanya pembatasan untuk perempuan mengenyam pendidikan tinggi dan meniti karir, karena anggapan bahwa akhirnya perempuan akan berakhir sebagai Ibu Rumah Tangga.

 Tidak seperti sekarang, di awal awal kemerdekaaan Indonesia belum terlalu banyak di jumpai wajah wajah perempuan yang terdidik, presentasenya sangat kecil jika di bandingkan dengan sekarang. Ibaratnya perempuan belum sepenuhnya mendapatkan haknya secara utuh.

 Meskipun gerakan emansipasi yang di suarakan oleh tokoh tokoh perempuan Indonesia sudaah lama bermunculan, namun belum bisa memberikan dampak yang maksimal terhadap pemberdayaan perempuan Indonesia. Kebebasan perempuan dalam membuka pandangan terhadap organisasi dan perkumpulan pun sangat kecil, seperti halnya terjadi di Pelajar Islam Indonesia, yang mana waktu keaktifan kader watinya terhitung lebih sedikit di bandingkan kader ikhwannya.

 Untuk itu di Muktamar Nasional ke 10 yang di laksanakan di Malang Jawa Timur, di putuskan untuk membentuk suatu wadah pergerakan yang secara khusus menangani permasalahan keperempuanan serta memerdayakan Kader Wati ( PII Wati ) agar dapat menyeimbangkan artian kesempurnaan pendidikan bagi seluruh umat manusia. Dari sinilah lahir Badan Otonom ( BO ) yang di ibaratkan sebagai sayap yang menopang keseimbangan organisasi PII dalam perjalanannya, yaitu Korps PII Wati yang resmi di dirikan pada 31 Juli 1964.

 

B. Perempuan Tangguh dan Menginspirasi

 Slogan yang menjadi ciri khasnya PII Wati di manapun berada, sebetulnya jika banyak yang menyadari bahwa tidak ada bedanya potensi di dalam diri perempuan maupun laki laki, toh, mereka juga sama sama Makhluk yang di ciptakan oleh Allah swt dengan keadaan yang sama, dengan asal dan pulang ke tempat yang sama juga.

 Namun anggapan bahwa perempuan lemah sudah menjamur di pikiran rakyat Indonesia, lebih banyak mempengaruhi pemikiran generasi di bawah 80an. Dimana banyak kita temui banyak orang tua memaksakan anak perempuannya melakukan pernikahan dini dan ujung ujungnya makin memperjelas statement dan pandangan bahwa perempuan akan kembali pada hakikatnya sebagai Ibu Rumah Tangga.

 Memang betul, perempuan pada akhirnya akan memegang status sebagai seorang istri yang patuh pada suami dan seorang ibu yang berkewajiban mendidik dan mengasuh anaknya. Namun, perlu di garis bawahi bahwa agama Islam tidak membeda bedakan antara perempuan dan laki laki, keduanya sama, sama sama memiliki hak, terutama dalam mengenam pendidikan serta menuntut ilmu yang merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Sampai sini mungkin sudah cukup menjawab bahwasanya tidak ada batasan bagi perempuan dalam menyeimbangkan pendidikannya seperti halnya laki laki.

 Tentunya perempuan yang akan memegang status sebagai Ibu perlu di bekali ilmu pengetahuan yang mumpuni karena sebagian besar waktu Ibu di habiskan untuk mengasuh dan mengurus anak, dan sebagian besar waktu anak di habiskan dengan interaksi dan belajar dari bagaimana sang ibu membimbingnya.

 PII Wati sebagai wadah pembentukan identitas muslimah yang taat pada syariat Islam dan memberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk perempuan membuka cakrawala adalah salah satu kunci emas yang menjawab problematika di atas. Bukan hanya memberdayakan, tapi PII Wati juga memiliki tanggung jawab utuk memupuk karakteristik perempuan yang tangguh sedari usia pelajar, untuk kemudian dapat di realisasikan dalam perjalanan selanjutnya, baik dalam pengejaran karir maupun kehidupan setelah menikah, sehingga bisa menginspirasi segala elemen kehidupan perempuan Indonesia.

 

C. PII Wati dan Bumi Sebimbing Sekundang

Hadirnya PII pada 1947, kian menyebar luas seiring berjalannya waktu. Bermunculan eselon pengurusan di wilayah wilayah ( Pengurus Wilayah / PW ) yang di ikuti dengan  munculnya eselon pengurusan di daerah daerah ( Pengurus Daerah / PD ). Ogan Komering Ulu sendiri tercatat sebagai salah satu daerah Sumatera Selatan yang memiliki eselon kepengurusan daerah PII di bawah nungan Pengurusan Wilayah Sumatera Selatan. Masuknya Koordinator PII Wati di daerah Ogan Komering Ulu adalah dua tahun setelah PII kembali muncul di Ogan  Komering Ulu. Diketahui menurut Kak Kaharudin ( Ketua Umum PD PII OKU 1984-1985 ) bahwasanya PII sempat mengalamai kevakuman di sekitar akhir 70an ( ketika Asas Tunggal sangat intensif dan ketat terlaksana ) dan kembali lagi di tahun 1984 dengan di ketuai oleh beliau, namun saat itu PII masih berbentuk Badan Induk saja.

 Baru setelah periode Kanda Ali Imron ( 1985-1986 ), tepatnya ketika PII OKU di ketuai oleh Kanda Hamdi Akhsan ( 1986-1987 ) di hadirkan Badan Otonom PII Wati atau biasa di sapa sebagai Koordinator Daerah PII Wati, yang mana saat itu di ketuai oleh Yunda Wahyu Fatihah. Terhitung sektar sepuluh tahun PD PII OKU menghadirkan Korda PII Wati dalam  pelayarannya hingga kemudian Korda PII Wati mengalami kevakuman di tahun 1997.

 Personalia kepengurusan PII Wati sendiri di jabarkan sebagai berikut

Ketua Korda

Ketua Umum

Periodesasi

Wahyu Fatihah

Hamdi Akhsan

1986 – 1987

Aprilita

Abu Hanifah

1987 – 1988

-

Yulius Hartono

1988 – 1990

Nurhayati

Achmad Misbakhussudur

1990 – 1991

Nurjanah

Agus Saibani

1991 – 1992

-

Alm. Noprizal Hairin

1992 – 1993

Merri Martalena

M. Amien Martha

1993 – 1994

Siti Andayani

Novrian Akhzan

1994 – 1995

Eliza Yane Hesti

Alm. Insan Firdaus

1995 – 1996

Refnita Yulia

Qomaruzzaman

1996 – 1997

 

D. Ghiroh Juang PII Wati di Ogan Komering Ulu

1. Menurut Yunda Wahyu Fatihah di awal terbentuknya PII Wati langsung melengkapi pergerakan Badan Induk PII. Dimana saat itu PII memang memiliki basis pergerakan yang cukup aktif di SMA NEGERI 1 OKU. Sempat di pertanyakan, apakah ada kesulitan tersendiri dalam pergerakan lantaran saat itu PII masih berada di bawah baying Asas Tunggal, namun jawaban dari beliau cukup mencengangkan karena saat itu PII Wati dan PII memiliki tempat yang khusus di SMA tersebut dan sangat di terima baik oleh warga sekolah. Dengan kata lain, PII Wati mendapatkan ruang gerak yang luas untuk memberdayakan serta mengkader pelajar perempuan.

2.  Kemudian, menurut Kanda Abu Hanifah pada periode beliau, PII Wati melebarkan gerak juangnya pada gerakan pemberdayaan jilbab di sekolah sekolah yang memang saat itu masih sedikit terlihat pelajar putri yang mengenakan kerudung di sekolah.

3. Melompat ke periode Yunda Nurhayati, beliau menerangkan bahwa ketika beliau menjabat sebagai Ketua Korda, program yang di jalankan adalah penuntunan pelajar putri untuk menjadi sosok muslimah yang taat terhadap agama. Beliau menerangkan bahwa masa itu bersama kawan kawan yang lain, pembangunan kaffah keperempuanan adalah gerakan utama yang di laksanakan Korda PII Wati.

4. Di periodesasi  Yunda Eliza Yane Hesti, program yang di jalankan oleh PII Wati selain kajian rutin, juga di laksanakan Perpustakan Daerah.

Jika di simpulkan secara garis besar, nampaklah jelas bahwa keberadaan PII Wati merupakan agen pemberdayaan perempuan yang mana dengan adanya  PII Wati pemberdayaan perempuan terkhususnya di kalangan pelajar lebih tertata dan terarah, sehingga banyak pelajar putri yang ter-kader oleh PII dan menyertai pergerakan umat ini.

 

E. Vakumnya Korda PII Wati

 Lepas sepuluh tahun kehadiran Korda PII Wati, terjadi kevakuman terhadap Badan Otonom tersebut. Masuk periode 1997 tidak lagi di temukan Badan ini karena saat itu PII OKU kembali melebur menjadi satu badan ( Badan Induk ) sedangkan untuk menggantikan kekosongan wadah pemberdayaan kader PII Wati, di buatlah Bidang Keputrian sebagai pengganti. Belum di ketahui secara pasti, apa yang menyebabkan kevakuman Korda PII Wati, namun menurut beberapa pihak, kemungkinan besar hal ini di akibatkan dari belum stabilnya pergerakan PII sehingga terutama di Badan Induk, hingga hal ini menyebabkan harus adanya penanganan khusus untuk kembali menstabilkan pergerakan.


F. Keputrian Pengganti Korda

 Sedari peridode 1997 hingga sekarang Bidang Keputrian di jadikan alternative untuk mengisi kekosongan wadah yang memperdayakan kader PII Wati. Pertanyaanya apakah mampu Bidang Keputrian mengefektifkan pergerakannya ? Ketika di telusuri, memang pengkaderan di OKU kerap mengalami pasang surut bahkan sempat mengalami kekosongan kader dan bangkit kembali, begitupun tentang ketersediaan PII Wati. Namun, ini bukanlah acuan untuk membuat keterpurukan. Menurut beberapa pihak, dengan meleburnya PII Wati ke dalam Badan Induk, hal inipun membuat pergerakan lebih ringan dan kerja sama lebih terjalin tanpa adanya batasan Induk dan Otonom. Hingga pada Periode sekarang 2021-2022 statusnya masih berbentuk Keputrian yang masuk dalam Badan Induk.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.