ABSTRAK
PII Wati
sebagai Badan yang menjadi salah satu wajah yang memberdayakan kualitas dalam
jiwa dan diri perempuan Indonesia, di Ogan Komering Ulu sendiri yang tidak
lepas dengan keberadaan PII sebagai salah satu organisasi ikut serta
menghadirkan PII Wati dalam langkah juuangnya mengkader umat di Bumi Sebimbing
Sekundang. Setidaknya pernah Kabupaten ini membentuk Badan Otonom ( BO ) PII
Wati sebagai sayap yang menunjang perjuangan PII OKU. Terhitung sekitar
sepuluuh tahun Korps PII Wati melebarkan benderanya mengiringi berkibarnya
bendera Pelajar Islam Indonesia di Ogan Komering Ulu.
PENDAHULUAN
Tahun 1947 merupakan satu peristiwa
bersejarah, dimana pada tahun ini bangkit sebuah organisasi yang memegangi
jurang pertentangan antar dua kubu pelajar ( Pesantren dan Pelajar
Umum).Pelajar Islam Indonesia, organisasi yang memiliki jembatan tujuan dalam
mencapai Kesempurnaan Pendidikan dan
Kebudayaan agar sesuai dengan Islam tersebut resmi berdiri di Yogyakarta,
tanggal 4 Mei 1947.
Kemudian di susul pada tanggal 31 Juli 1964,
pada Muktamar ke10 di Malang, Jawa Timur, didirikan sebuah Badan Otonom untuk
menyeimbangkan pemberdayaan Kader Wati yang memang saat itu mengalami krisis
kader wati.Pergerakan PII Wati di Prioritaskan sebagai wadah pemberdayaan dan
pembinaan Kader perempuan (PII Wati) yang pada umumnya memang memiliki waktu
aktif yang lebih singkat.
Semakin menyebarnya cabang PII, Koordinator
PII Wati mengikuti penyebaran tersebut.Hingga mulai lahir Koordinator Wilayah
di beberapa daerah serta Koordinator Daerah mengikuti untuk memberdayakan Kader
Perempuan di kawasan Daerah. Ogan Komering Ulu juga merupakan bagian daerah
yang pernah memiliki Koordinator Daerah PII Wati. Sekitar paruh tahun 80an Korda ini di dirikan
sebagai Penyelarasan pergerakan PII terutama di aspek keperempuanan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Metode Kajian Pustaka,dimana pengkajian yang di maksudkan menggunakan tekhnik wawancara pada beberapa pihak terkait (Ketua Umum dan Ketua Koordinator Daerah PII Wati pada masanya ).
HASIL PENELITIAN
A.
Hadirnya PII Wati Sebagai Wadah Pergerakan Perempuan Indonesia
Perempuan atau anak cucu keturunan Hawa,
sedari berabad abad lalu mengalami ketidak
adilan akan hak nya dalam menjalani kehidupan. Kalaupun kita membuka
sejarah masa lalu, dapat di lihat bahwa adanya diskriminasi secara terang
terangan, lebih mengarah pada penindasan martabat perempuan. Perempuan yang di
anggap sebagai “barang” begitu membekas dalam perputaran zaman. Bagaimanapun
juga pemikiran orang saat itu bahwasanya perempuan memiliki kedudukan yang
lebih rendah daripada laki laki.
Hingga kemudian, Islam hadir menyempurnakan
segala penyimpangan dan kesalahan pola piker umat manusia. Perempuan
mendapatkan tempat istimeewanya dengan adanya Islam perempuan bisa mengangkat
derajatnya dan meninggalkan keterpurukannya
Namun, bagaimanapun juga pandangan perempuan
lemah masih berlaku di berbagai pihak, Indonesia sendiri masih dapat di jumpai
perilaku yang merendahkan atau bahkan menjuru pada pelecehan terhadap perempuan
baik secara lisan, perlakuan fisik, maupun bentuk seksual. Contohnya saja,
adanya pembatasan untuk perempuan mengenyam pendidikan tinggi dan meniti karir,
karena anggapan bahwa akhirnya perempuan akan berakhir sebagai Ibu Rumah
Tangga.
Tidak seperti sekarang, di awal awal
kemerdekaaan Indonesia belum terlalu banyak di jumpai wajah wajah perempuan
yang terdidik, presentasenya sangat kecil jika di bandingkan dengan sekarang.
Ibaratnya perempuan belum sepenuhnya mendapatkan haknya secara utuh.
Meskipun gerakan emansipasi yang di suarakan
oleh tokoh tokoh perempuan Indonesia sudaah lama bermunculan, namun belum bisa
memberikan dampak yang maksimal terhadap pemberdayaan perempuan Indonesia.
Kebebasan perempuan dalam membuka pandangan terhadap organisasi dan perkumpulan
pun sangat kecil, seperti halnya terjadi di Pelajar Islam Indonesia, yang mana
waktu keaktifan kader watinya terhitung lebih sedikit di bandingkan kader
ikhwannya.
Untuk itu di Muktamar Nasional ke 10 yang di
laksanakan di Malang Jawa Timur, di putuskan untuk membentuk suatu wadah
pergerakan yang secara khusus menangani permasalahan keperempuanan serta
memerdayakan Kader Wati ( PII Wati ) agar dapat menyeimbangkan artian
kesempurnaan pendidikan bagi seluruh umat manusia. Dari sinilah lahir Badan
Otonom ( BO ) yang di ibaratkan sebagai sayap yang menopang keseimbangan
organisasi PII dalam perjalanannya, yaitu Korps PII Wati yang resmi di dirikan
pada 31 Juli 1964.
B. Perempuan Tangguh dan Menginspirasi
Slogan yang
menjadi ciri khasnya PII Wati di manapun berada, sebetulnya jika banyak yang
menyadari bahwa tidak ada bedanya potensi di dalam diri perempuan maupun laki
laki, toh, mereka juga sama sama Makhluk yang di ciptakan oleh Allah swt dengan
keadaan yang sama, dengan asal dan pulang ke tempat yang sama juga.
Namun anggapan
bahwa perempuan lemah sudah menjamur di pikiran rakyat Indonesia, lebih banyak
mempengaruhi pemikiran generasi di bawah 80an. Dimana banyak kita temui banyak
orang tua memaksakan anak perempuannya melakukan pernikahan dini dan ujung
ujungnya makin memperjelas statement
dan pandangan bahwa perempuan akan kembali pada hakikatnya sebagai Ibu Rumah
Tangga.
Memang betul,
perempuan pada akhirnya akan memegang status sebagai seorang istri yang patuh
pada suami dan seorang ibu yang berkewajiban mendidik dan mengasuh anaknya.
Namun, perlu di garis bawahi bahwa agama Islam tidak membeda bedakan antara
perempuan dan laki laki, keduanya sama, sama sama memiliki hak, terutama dalam
mengenam pendidikan serta menuntut ilmu yang merupakan kewajiban bagi setiap
umat Islam. Sampai sini mungkin sudah cukup menjawab bahwasanya tidak ada
batasan bagi perempuan dalam menyeimbangkan pendidikannya seperti halnya laki
laki.
Tentunya
perempuan yang akan memegang status sebagai Ibu perlu di bekali ilmu
pengetahuan yang mumpuni karena sebagian besar waktu Ibu di habiskan untuk
mengasuh dan mengurus anak, dan sebagian besar waktu anak di habiskan dengan
interaksi dan belajar dari bagaimana sang ibu membimbingnya.
PII Wati
sebagai wadah pembentukan identitas muslimah yang taat pada syariat Islam dan
memberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk perempuan membuka cakrawala
adalah salah satu kunci emas yang menjawab problematika di atas. Bukan hanya
memberdayakan, tapi PII Wati juga memiliki tanggung jawab utuk memupuk
karakteristik perempuan yang tangguh sedari usia pelajar, untuk kemudian dapat
di realisasikan dalam perjalanan selanjutnya, baik dalam pengejaran karir
maupun kehidupan setelah menikah, sehingga bisa menginspirasi segala elemen
kehidupan perempuan Indonesia.
C. PII Wati dan Bumi Sebimbing Sekundang
Hadirnya PII pada 1947, kian menyebar luas seiring
berjalannya waktu. Bermunculan eselon pengurusan di wilayah wilayah ( Pengurus
Wilayah / PW ) yang di ikuti dengan
munculnya eselon pengurusan di daerah daerah ( Pengurus Daerah / PD ).
Ogan Komering Ulu sendiri tercatat sebagai salah satu daerah Sumatera Selatan
yang memiliki eselon kepengurusan daerah PII di bawah nungan Pengurusan Wilayah
Sumatera Selatan. Masuknya Koordinator PII Wati di daerah Ogan Komering Ulu
adalah dua tahun setelah PII kembali muncul di Ogan Komering Ulu. Diketahui menurut Kak Kaharudin
( Ketua Umum PD PII OKU 1984-1985 ) bahwasanya PII sempat mengalamai kevakuman
di sekitar akhir 70an ( ketika Asas Tunggal sangat intensif dan ketat
terlaksana ) dan kembali lagi di tahun 1984 dengan di ketuai oleh beliau, namun
saat itu PII masih berbentuk Badan Induk saja.
Baru setelah
periode Kanda Ali Imron ( 1985-1986 ), tepatnya ketika PII OKU di ketuai oleh
Kanda Hamdi Akhsan ( 1986-1987 ) di hadirkan Badan Otonom PII Wati atau biasa
di sapa sebagai Koordinator Daerah PII Wati, yang mana saat itu di ketuai oleh
Yunda Wahyu Fatihah. Terhitung sektar sepuluh tahun PD PII OKU menghadirkan Korda
PII Wati dalam pelayarannya hingga
kemudian Korda PII Wati mengalami kevakuman di tahun 1997.
Personalia kepengurusan PII Wati sendiri di jabarkan sebagai berikut
Ketua Korda |
Ketua Umum |
Periodesasi |
Wahyu Fatihah |
Hamdi Akhsan |
1986 – 1987 |
Aprilita |
Abu Hanifah |
1987 – 1988 |
- |
Yulius Hartono |
1988 – 1990 |
Nurhayati |
Achmad Misbakhussudur |
1990 – 1991 |
Nurjanah |
Agus Saibani |
1991 – 1992 |
- |
Alm. Noprizal Hairin |
1992 – 1993 |
Merri Martalena |
M. Amien Martha |
1993 – 1994 |
Siti Andayani |
Novrian Akhzan |
1994 – 1995 |
Eliza Yane Hesti |
Alm. Insan Firdaus |
1995 – 1996 |
Refnita Yulia |
Qomaruzzaman |
1996 – 1997 |
D. Ghiroh Juang PII Wati di Ogan Komering Ulu
1. Menurut Yunda Wahyu Fatihah di awal terbentuknya
PII Wati langsung melengkapi pergerakan Badan Induk PII. Dimana saat itu PII
memang memiliki basis pergerakan yang cukup aktif di SMA NEGERI 1 OKU. Sempat
di pertanyakan, apakah ada kesulitan tersendiri dalam pergerakan lantaran saat
itu PII masih berada di bawah baying Asas Tunggal, namun jawaban dari beliau cukup
mencengangkan karena saat itu PII Wati dan PII memiliki tempat yang khusus di
SMA tersebut dan sangat di terima baik oleh warga sekolah. Dengan kata lain,
PII Wati mendapatkan ruang gerak yang luas untuk memberdayakan serta mengkader
pelajar perempuan.
2. Kemudian,
menurut Kanda Abu Hanifah pada periode beliau, PII Wati melebarkan gerak
juangnya pada gerakan pemberdayaan jilbab di sekolah sekolah yang memang saat
itu masih sedikit terlihat pelajar putri yang mengenakan kerudung di sekolah.
3. Melompat ke periode Yunda Nurhayati, beliau
menerangkan bahwa ketika beliau menjabat sebagai Ketua Korda, program yang di
jalankan adalah penuntunan pelajar putri untuk menjadi sosok muslimah yang taat
terhadap agama. Beliau menerangkan bahwa masa itu bersama kawan kawan yang
lain, pembangunan kaffah keperempuanan adalah gerakan utama yang di laksanakan
Korda PII Wati.
4. Di periodesasi
Yunda Eliza Yane Hesti, program yang di jalankan oleh PII Wati selain
kajian rutin, juga di laksanakan Perpustakan Daerah.
Jika di simpulkan secara garis besar, nampaklah jelas
bahwa keberadaan PII Wati merupakan agen pemberdayaan perempuan yang mana
dengan adanya PII Wati pemberdayaan
perempuan terkhususnya di kalangan pelajar lebih tertata dan terarah, sehingga
banyak pelajar putri yang ter-kader oleh PII dan menyertai pergerakan umat ini.
E. Vakumnya Korda PII Wati
Lepas sepuluh tahun kehadiran Korda PII Wati, terjadi kevakuman terhadap Badan Otonom tersebut. Masuk periode 1997 tidak lagi di temukan Badan ini karena saat itu PII OKU kembali melebur menjadi satu badan ( Badan Induk ) sedangkan untuk menggantikan kekosongan wadah pemberdayaan kader PII Wati, di buatlah Bidang Keputrian sebagai pengganti. Belum di ketahui secara pasti, apa yang menyebabkan kevakuman Korda PII Wati, namun menurut beberapa pihak, kemungkinan besar hal ini di akibatkan dari belum stabilnya pergerakan PII sehingga terutama di Badan Induk, hingga hal ini menyebabkan harus adanya penanganan khusus untuk kembali menstabilkan pergerakan.
F. Keputrian Pengganti Korda
Sedari peridode
1997 hingga sekarang Bidang Keputrian di jadikan alternative untuk mengisi kekosongan
wadah yang memperdayakan kader PII Wati. Pertanyaanya apakah mampu Bidang
Keputrian mengefektifkan pergerakannya ? Ketika di telusuri, memang pengkaderan
di OKU kerap mengalami pasang surut bahkan sempat mengalami kekosongan kader dan bangkit kembali, begitupun
tentang ketersediaan PII Wati. Namun, ini bukanlah acuan untuk membuat
keterpurukan. Menurut beberapa pihak, dengan meleburnya PII Wati ke dalam Badan
Induk, hal inipun membuat pergerakan lebih ringan dan kerja sama lebih terjalin
tanpa adanya batasan Induk dan Otonom. Hingga pada Periode sekarang 2021-2022 statusnya masih berbentuk Keputrian yang masuk dalam Badan Induk.